Densus 88 : Koboi Ngamuk Kreasi Amerika - Australia

Arogansi tembak mati adalah ciri khas Densus 88, sebuah pasukan khusus bentukan Polri pasca Bom Bali I. Banyak alasan dan justifikasi yang mungkin akan disampaikan oleh institusi berwenang negeri ini atas arogansi gaya koboi AS dan Australia (sebagai donatur Densus 88), mulai dari alasan bela negara, kalau tidak menembak duluan maka akan ditembak, dan sejenisnya.

Masalahnya kemudian, setiap ada aksi maka pasti akan ada reaksi. Maka yang perlu diperhatikan apakah tindakan main tembak dan membunuh orang tanpa haq ini akan mengikis habis terorisme atau malah menyuburkannya?

Hal lain yang juga patut diperhitungkan adalah ‘balasan’ yang pasti telah dipersiapkan oleh para korban Densus 88. Apalagi untuk kalangan mujahid yang sangat memperhitungkan hilangnya nyawa seseorang, apalagi nyawa seorang Muslim. Karena bagi mereka, darah harus dibayar dengan darah dan nyawa harus dibayar dengan nyawa (Qishash). Jadi, sampai kapan pertumpahan darah ini akan terus berlangsung?

Densus = Detasemen Yesus?

MENCERMATI testimony ibu Kartini di Komnas HAM, Jum'at (1/10/2010) sungguh sangat miris, rasa keadilan seolah terkoyak oleh kebengisan pasukan khusus berlogo ‘burung hantu predator itu. Singkatnya, ibu Kartini adalah saksi mata yang langsung menyaksikan suaminya, ustadz Ghazali, yang sedang memimpin shalat magrib berjamaah di rumahnya tiba-tiba dihentikan oleh pasukan didikan Australia tersebut, lalu diinjak-injak tanpa ampun, padahal ustadz Ghazali tengah sakit batuk. Sedangkan dua orang makmumnya ditembak mati, dan seorang lagi berhasil melarikan diri.

Pada saat yang hampir bersamaan, di depan PN Jakarta Selatan (Rabu, 29/9/2010) sekelompok orang bersenjata api dan tajam bertikai jelang persidangan kasus cafe Blowfish. Mereka saling bantai: 3 tewas, 8 luka-luka parah. Bahkan Kapolres Jakarta Selatan dan ajudannya ikut tertembak walau tidak sampai tewas. Anehnya reaksi Kapolri dan Presiden adem ayem saja, tidak seperti reaksi yang muncul ketika merespon perampokan bersenjata di CIMB Medan beberapa hari sebelumnya. Ada beberapa perbedaan reaksi yang perlu dicermati:

Pertama, Untuk kasus CIMB, Pemerintah langsung menyebutnya sebagai aksi terorisme sehingga digelar operasi pemberantasan teroris yang langsung dipimpin oleh Komjen Gories Mere yang sebenarnya adalah Kepala Kalakhar BNN, sementara Kepala Densusnya sendiri tidak jelas komandonya.

Sedangkan untuk kasus Blowish, pemerintah tenang-tenang saja walau jatuh korban lebih banyak dan juga menggunakan senjata api. Pelakunya pun tidak dicap sebagai teroris, meskipun para pelakunya adalah para preman terlatih yang mem-backing tempat maksiat itu.

...Ratusan anggota Densus 88 begitu trengginas menangkap, menyiksa, dan menembak mati para terduga yang belum tentu bersalah, semua korbannya adalah muslim yang taat beribadah. Istri-istri mereka berjilbab, sebagian bercadar, baju mereka bergamis, celana cingkrang, jidat hitam, berjanggut, dan berteriak Allahu Akbar!
Kedua, Untuk kasus CIMB, Densus begitu trengginas menangkap, menyiksa, dan menembak mati para terduga yang belum tentu bersalah, bukan hanya puluhan tetapi ratusan orang sejak kasus ‘pelatihan militer di Aceh yang semua korbannya adalah muslim yang taat beribadah. Istri-istri mereka berjilbab, sebagian bercadar, baju mereka bergamis, celana congkrang, jidat hitam, berjanggut, dan berteriak Allahu Akbar!

...Sedangkan untuk kasus Blowish, Densus tidak berkutik menghadapi para preman bersenjata api dan tajam. Apa karena agama mereka sama dengan Gories Mere? Apa karena para istri mereka tidak berjilbab? Apa karena mereka tidak meneriakkan takbir?...

Sedangkan untuk kasus Blowish, Densus tidak berkutik menghadapi para preman bersenjata api dan tajam. Apa karena agama mereka sama dengan Gories Mere? Apa karena mereka tidak berjenggot dan bergamis? Apa karena para istri mereka tidak berjilbab? Apa karena mereka tidak meneriakkan takbir waktu membantai?

Ketahuilah, tindakan Densus 88 ini sungguh sangat berbahaya, karena diskriminasi sikap aparat yang zalim akan membangkitkan perlawanan rakyat semesta! Sejarah membuktikan, ketidakadilan aparat penguasa akan berujung kehancuran, apalagi memusuhi umat Islam dengan cover memerangi teroris, tinggal menunggu waktu saja

"Apakah kalian mengira akan dibiarkan (begitu saja), sedangkan Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang yang berjihad diantara kalian dan tidak mengambil teman setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian kerjakan." (TQS. At Taubah [9] : 16)

kebiadaban densus 88, densus biadab, penyiksaan ala densus 88, pelanggaran ham densus 88